Langsung ke konten utama

Review Film : The Greatest Showman – Indonesia (2017)



Director :
Michael Gracey

Screenplay :
Bill Condon, Jenny Bicks

Cast :
Hugh Jackman, Michelle Williams, Zendaya, Keala Settle, Rebecca Ferguson

Sinopsis

Mengangkat kisah nyata seorang visioner bernama P.T. Barnum (Hugh Jackman), pendiri dari Barnum & Bailey Sirkus yang merangkak dari dasar saat memulai bisnisnya dan berbagai usaha yang ia lakukan demi terwujudnya mimpi untuk menampilkan pertunjukan sirkus terhebat yang pernah ada.

Meski demikian, para elitis tidak menyukai usaha dan kesuksesan Barnum. Akibatnya, Barnum harus menghadapi rintangan yang menghalangi mimpinya sebagai penghibur di masa itu.

Review

Pertama kali mendengar proyek 20th Century Fox yang satu ini, jujur saya tidak terlalu tertarik. Sebuah film biopik yang mengisahkan perjalanan hidup seorang inventor sirkus, yang dibawakan dengan tema musikal, dan disutradarai oleh seorang sutradara yang belum teruji filmography-nya, bahkan dari poster dan trailer-nya pun terlihat sangatlah “fake”. Ditambah kritikan pedas dari para kritikus, lengkap sudah rasanya kegagalan film biopik ini. Namun ada satu hal yang membuat saya tertarik setidaknya untuk sekedar melihat film ini, yaitu Orginal Song di film ini dikerjakan oleh Benj Pasek dan Justin Paul yang sebelumnya mengerjakan Original Song di La La Land, dan berhasil memenangkan Oscar.

Dan benar saja, sejak film dibuka dengan lagu “The Greatest Show” yang dibawakan oleh Hugh Jackman sebagai P.T. Barnum, film ini terus diisi oleh Original Song yang sangat asik, menyesuaikan dengan setiap scene dan feeling dari film ini. Aransemen yang indah, ditambah kesesuaian lirik yang mendukung cerita pada screenplay menjadi poin plus di film ini. Ditambah keselerasan yang dihadirkan oleh editor Tom Cross dan scoring yang baik, sah saja menyebut film ini sebagai film musikal terbaik di 2017.




Screenplay yang ditulis oleh Bill Condon, dan Jenny Bicks belum cukup baik. Masih ada beberapa plot hole hingga film berakhir. Latar dan motif dari beberapa karakter masih belum kuat. Film rasa-nya terlalu berfokus pada bagian scene musikal dan melupakan tujuan dari sebuah film biopik itu sendiri. Masih banyak bagian dari kisah hidup P.T. Barnum yang cukup penting dan menarik, tetapi tidak terealisasi untuk dimasukkan ke film ini. Kiranya, screenplay di film ini terlalu fiksional untuk sebuah film biopik.

Pacing di film ini juga terasa masih kurang pas. Masih banyak yang masih dapat dieksplor oleh Bill Condon, dan Jenny Bicks. Di pertengahan film sempat terasa membosankan, karena pacing yang begitu cepat tanpa tujuan yang jelas. Saya sedikit menyayangkan keputusan produser film yang memutuskan film ini untuk ber-rating PG-13. Mungkin ini menjadi satu alasan, dimana screenwriter tidak dapat lebih mengeksplor kisah P.T. Barnum, atau bahkan menceritakan secara lebih jujur kisah P.T. Barnum, dan tidak hanya terpaku kepada adegan musikal di film ini.



Namun, tipis-nya plot di film ini dapat diatasi dengan baik oleh director Michael Gracey. Visi-nya yang baik membuat penonton lebih asik dan terhibur dengan adegan musikal-nya, dibanding fokus semata pada kisah P.T Barnum. Dari jajaran casts, tidak ada yang spesial. Hugh Jackman tampil paling menonjol sebagai P.T. Barnum. Jackman tampil cukup sempurna dengan porsi yang diberikan di film ini. Michelle Williams, juga cukup baik dalam memerankan Charity Barnum sebagai sosok istri dan ibu. Meskipun banyak karakter yang kurang natural, namun para casts masih dapat memerankan-nya dengan baik.

Sinematografi oleh Seamus McGarvey sudah cukup baik. Namun masih ada beberapa scene, yang menurut saya sinematografi-nya masih bisa ditingkatkan. Dari art director dan production design mungkin masih harus ditingkatkan, cukup banyak yang masih terlihat “fake”. Poin plus lain di film ini, terletak pada costume designer, dan make up. Kostum-kostum yang dikenakan tim sirkus Barnum, dan masyarakat New York di abad 19 cukup mencuri perhatian. Nominasi Oscar untuk “This is Me” sebagai Original Song, dan tim Costume Designer mungkin cukup untuk mengapresiasi film ini diajang Oscar yang akan datang.

Summary

The Greatest Showman adalah yang terbaik sebagai film musikal di 2017. Namun, belum cukup baik untuk menjadi film biopik “The Greatest Showman on Earth”, P.T. Barnum.





Rating : 80/100

Komentar

Other Posts :

Review Series : Iron Fist - 2017 (Indonesia)

Review Film : Beauty and the Beast - 2017 (Indonesia)