Langsung ke konten utama

Review Series : Iron Fist - 2017 (Indonesia)






Netflix baru saja merilis series terbarunya hasil kerja sama mereka dengan Marvel, setelah sebelumnya Daredevil, Jessica Jones, dan Luke Cage, yang terbaru adalah Iron Fist. Iron Fist bercerita tentang seorang pemuda bernama Danny Rand yang mengalami kecelakaan pesawat pada saat berumur 10 tahun bersama orang tuanya, lalu ia dibesarkan di sebuah tempat di dimensi lain yang bernama K’un Lun dimana ia ditempa menjadi Iron Fist, lalu kembali lagi ke New York untuk mengklaim kembali harta dan perusahaan milik orang tuanya dulu. Namun usaha nya tidak berjalan lancar, dengan adanya gangguan dari Meachum Family dan musuh besarnya yang mulai bangkit di kota New York.


Iron Fist sebenarnya memiliki cerita dasar yang cukup menarik dan bagus. Namun, Marvel kali ini terlihat kesulitan membangun cerita karakter Danny Rand tentang bagaimana ia mendapatkan kekuatan mistik Iron Fist nya. Tidak seperti series-series sebelumnya (misal saja Daredevil) yang memang tidak memiliki kekuatan mistik, hanya seorang pengacara yang buta dan memilki kekuatan semacam sonar dan kemampuan bela diri yang hebat. Di series ini Iron Fist sendiri mendapatkan kekuatan mistik nya dari tempat bernama K’un Lun,  namun Marvel masih kurang berhasil menggambarkan proses ia mendapatkan kekuatannya, bahkan K’un Lun sendiri pun masih terbatas visualnya di series ini, begitu juga latar belakang para Monks memilih Danny menjadi Iron Fist, serta bagaimana proses ia mendapatkan kekuatannya dari naga mistis Shao Lao. Marvel masih belum berhasil menceritakan dengan jelas proses Danny mendapatkan kekuatannya di K’un Lun.




Skrip film ini yang hampir setiap episodenya ditulis oleh penulis yang berbeda pun terlihat jelas berantakan. Banyak scene yang saya nilai terlalu membosankan, tidak masuk akal, dan mengulur-ulur waktu. Contoh saja banyaknya dialog antara Joy dan Ward, maupun Ward dan Harold yang sering kali tidak penting dan sangat membosankan. Dan scene dimana Danny beraksi menjadi Iron Fist yang menurut saya terlalu dilebih-lebihkan sehingga terlihat tidak masuk akal, misal saja saat mengahadapi challenge the Hand, lalu di episode pertama saat ia melompati taxi di depan rumah Joy.




Namun, di balik kekurangan-kekurangan diatas, Iron Fist sudah cukup baik dari aspek-aspek lainnya. Saya menyukai bagaimana Marvel membangun karakter-karakternya, diluar masa lalu Danny Rand. Sebut saja Ward, Harold, terutama Colleen Wing. Karakter tiga tokoh diatas tergambar cukup baik di serial ini. Namun diakhir-akhir film, muncul lah tokoh Bakuto yang menurut saya kurang memiliki karakter yang kuat. Marvel gagal membangun sosok Bakuto yang merupakan sosok pemimpin The Hand.




Iron Fist memiliki episode pertama terburuk di antara series Marvel di Netflix lainnya. Pembangunan cerita setelah episode 1 berjalan cukup baik, namun menjadi sedikit membosankan bahkan sedikit membingungkan menuju endingnya (namun Iron Fist masih memiliki ending yang cukup baik.) Marvel terlihat terlalu terburu-buru dalam pembuatan series Iron Fist ini agar Iron Fist dapat masuk ke dalam series The Defenders, padahal seharusnya skrip bisa dibuat lebih baik lagi, terutama pada pembangunan konflik/ ceritanya, dan tentang masa lalu Danny. Tentu Iron Fist masih belum bisa di sejajarkan dengan series pendahulu nya terutama Daredevil yang menurut saya cukup “Wow”. Iron Fist bisa  menjadi series super-hero yang cukup menghibur terutama bagi fans Marvel, namun jika mau mebandingkan dari segala aspek secara fair-to-fair maka Iron Fist dapat menjadi series yang cukup buruk. Saya harap Marvel belajar banyak dari Iron Fist, dan benar-benar mematangkan segala aspek dari series-series di Netflix selanjutnya.





Rating : 3/5


Komentar

Other Posts :

Review Film : Beauty and the Beast - 2017 (Indonesia)

Review Film : The Greatest Showman – Indonesia (2017)